Thursday, May 10, 2007

PEMBANGUNAN WATAK DAN KARAKTER KADER MARHAENIS

I. Pendahuluan

Kita mengetahui dan mengalami semua akibat-akibat dan kejahatan-kejahatan kapitalisme dan imperialisme di negara kita. Kesengsaraan dan kemelaratan serta penderitaan yang berabad-abad lamanya menjadi bagian untuk hampir seluruh rakyat Indonesia di bawah telapak kaki kapitalisme dan imperialisme; hanya beberapa orang manusia Indonesia yang suka menjilat dan menjadi alat pemeras kaum kapitalis dan kaum imperialisme terhadap sebangsanya dapat mengenyam kehidupan serba enak dan mewah yang didapatnya sebagai “hadiah” dari majikannya. Tidak saja dalam kehidupan materil, tetapi dalam juga dalam kehidupan spirituil seluruh bangsa Indonesia, imperialisme telah menyebarkan penyakit-penyakit mental yang hingga kini masih berurat-berakar dalam masyarakat, masih tetap merajarela, terutama dalam kalangan cendikiawan, dalam masyarakat cerdik-pandai, yang dengan segala sinisnya mencemoohkan, mengejek dan mencela serta menolak cara berpikir yang lain daripada cara mereka berpikir. Apa yang tidak sesuai dengan cara mereka berpikir, cara berpikir liberal dan individualis, dikecam dan dicap sebagai “tidak ilmiah, tidak masuk akal”, hanya demagogi dan lain sebagainya.

Memang demikianlah cara berpikir seseorang yang telah dihinggapi penyakit mental liberalisme. Adapun penyakit mental liberalisme itu adalah:

1. Subyektivisme, suatu paham yang hanya menjadi sesuatu soal dari alam pikiran sendiri dengan tidak suka menghargai atau mengindahkan pikiran orang lain;

2. Berpendirian berat sebelah, suatu sikap yang memandang suatu soal dari satu segi saja;

3. Kedangkalan, suatu sifat cara menetapkan dan menilai sesuatu soal dengan tidak melakukan penyelidikan terlebih dahulu.

Akibat daripada penyakit mental liberalisme ini ialah manusia menjadi berkepala batu, hanya mementingkan diri sendiri, dengan tidak mengindahkan akan merugikan orang lain, segala tindakannya bersifat anarkis dan reaksioner.

Dengan demikian dapatlah mudah dimengerti, bahwa jika pada waktu ini hendaknya dimasukkan cita-cita sosialisme yang sama sekali bertentangan dengan liberalisme, maka dengan sendirinya akan timbul perjuangan dan pertempuran antara pendukung-pendukung sosialisme dengan pendukung-pendukung liberalisme; pejuang-pejuang sosialisme akan menjungkir-balikkan seluruh susunan masyarakat yang lama dan akan menumbangkan dan menumpaskan liberalisme dengan semua penyakit-penyakit dan kejahatan-kejahatannya dari masyarakat, sebaliknya kaum liberalis akan melawan dan mempertahankan dirinya dengan segala cara dan jalan serta alat dan tenaga yang ada padanya.

Penjungkir-balikkan susunan masyarakat sampai pada dasar-dasarnya itu disebut REVOLUSI. Dalam revolusi segala nilai mendapatkan penilaian baru, dinilai kembali dengan ukuran lain; apa yang mendapat nilai baik dalam alam realisme, akan mendapat nilai lain dalam ukuran sosialisme; maka dari itu pula dalam suatu revolusi tentu timbul pembalikkan nilai daripada semua nilai atau yang biasa dikatakan oleh Presiden kita “Umwertung aller Werten”. Jadi adalah tidak tepat dan tidak benar sebagaimana yang diperbuat oleh kaum cendikiawan dan kaum lainnya yang beralam-pikiran liberalis untuk menilai suatu persoalan atau tindakan yang ditujukan untuk mencapai sosialisme dengan ukuran dan nilai yang ada pada alam liberalisme. Inilah sebabnya maka timbul sinisme diantara kaum liberalis dalam menghadapi dan menanggapi tindakan-tindakan serta peristiwa-peristiwa yang merupakan akibat historis dan logis daripada jalannya revolusi yang menuju kepada sosialisme. Ukuran yang digunakan oleh kaum liberalis telah ketinggalan jaman, telah usang, telah lapuk, telah tidak sesuai lagi dengan kenyataan. Oleh kaum liberalis hal ini tak dapat dimengerti, karena pengaruh penyakit liberalisme telah berurat-berakar dalam sekali dalam jiwa mereka.

Sebaliknya kaum sosialis yang mendasarkan perjuangannya atas dasar teori-teori yang revolusioner akan mengerahkan segala tenaga yang ada padanya untuk melaksanakan cita-citanya dengan berkeyakinan teguh, bahwa akhirnya merekalah yang akan mencapai kemenangan. Kaum sosialis berkeyakinan yang tak dapat tergoyahkan, bahwa sosialisme akan membawa seluruh rakyat dan masyarakat kepada alam baru yang bebas dari kesengsaraan, kemelaratan dan penderitaan dan akan meniupkan jiwa baru kedalam rohani masyarakat.

Jiwa baru ini berisikan:

1. Obyektifisme, suatu paham yang melihat sesuatu soal dengan mempergunakan kenyataan-kenyataan dalam masyarakat dan pengalaman-pengalaman serta pikiran-pikiran orang lain, yang kemudian dikembangkan dan ditumbuhkan sesuai dengan syarat-syarat dan keadaan-keadaan alamnya sendiri;

2. Berpendirian bebas dan aktif, suatu sikap tidak memihak, memandang tiap persoalan dari berbagai sudut dan kemudian menetapkan pendirian sendiri serta mengambil tindakan yang sesuai dengan pendirian sendiri itu;

3. Ketelitian, suatu sikap menghadapi suatu persoalan dengan mengadakan penyelidikan yang mendalam dan teliti lebih dahulu sebelum menetapkan dan menentukan nilai terhadap persoalan itu.

Untuk mencapai jiwa baru ini Marhaenisme mengunakan cara (metode) dialektika materialisme, yang mengunakan dasar dan bahan-bahannya daripada alam dan masyarakat, suatu cara yang obyektif, yang tidak dapat dipungkiri sebenarnya. Metode ini dikatakan dialektis karena: dialektika adalah ajaran “pertentangan dalam hakekat benda-benda sendiri”: tidak saja gejala-gejala segala benda itu fana, mengalir, hanya dibatasi oleh tanda-tanda tertentu, tetapi juga hakekat benda-benda itu demikian halnya; dikatakan materialistis, karena pengertian-pengertiannya mencerminkan kenyatan-kenyataan yang terjadi dan yang mati, yang mengalir dan yang bergerak dalam pertentangan. Metode Dialektika Materialis ini jika diterapkan dalam masyarakat disebut Metode Historis Materialis.

Dengan menggunakan metode ini tidak boleh diartikan, bahwa metode abstraksi tidak akan digunakan sama sekali. Metode abstraksi berarti, bahwa gejala-gejala dikurangi diatas pengertiannya, bahwa hanya hakekat gejala-gejala yang diperhatikan, lepas dari pada hal-hal yang kebetulan dan yang tidak hakiki. Ahli fisika dapat melakkukan eksperimen-eksperimen yang prosesnya dapat terjamin kemurniannya. Tetapi para ahli ekonomi tidak akan mendapatkan suatu susunan masyarakat tempatnya bekerja secara murni, artinya yang bersih dari pada momen-momen yang bersifat kebetulan, historis atau alamiah dan sebagainya. Apa yang dikerjakan oleh ahli-ahli fisika dengan eksperimen, harus dilakukan oleh ahli-ahli dengan daya abstraksinya, artinya, ahli ekonomi harus meredusir susunan masyarakat yang diselidikinya diatas pengertiannya, dan mengabstraksikannya pada momen-momen yang bersifat kebetulan dan tidak hakiki. Dengan demikian maka ilmu dalam sosialisme menggunakan metode historis dan logis bersama-sama atau metode-metode “induktif dan deduktif” bersama-sama.

Karena itu metode abstraksi sama sekali tidak berarti suatu penjauhan dari pada kebenaran, bahkan sebaliknya, jika metode abstraksi ini dikerjakan dengan betul, akan mendekatkan kita kepada kebenaran, karena semua abstraksi ilmiah mencerminkan keadaan alam lebih mendalam, lebih dapat dipercaya dan lebih lengkap. “Dari penglihatan nyata kepada pemikiran abstrak dan dari pemikiran abstrak kepada praktek” itulah dialektika untuk mengetahui kebenaran, untuk mengetahui kenyataan yang obyektif.

II. Tujuh Langkah Mengembangkan Watak dan Karakter Kader Marhaenis

Adapun tingkat perubahan pengembangan watak dan karakter kader Marhaenis adalah sebagai berikut :

  1. Tahap Ketergantungan (dependence), watak dan karakter manusia ini adalah ketika rakyat Indonesia telah dihisap dan ditindas oleh feodalisme, kapitalisme, imperialisme dan kolonialisme.
  2. Tahap Kemandirian (independence), watak dan karakter manusia ini adalah ketika rakyat Indonesia telah merdeka dari imperialisme dan kolonialisme. Watak dan karakter rakyat Indonesia telah matang sebagai bangsa yang merdeka dan siap untuk mencapai cita-citanya yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.
  3. Tahap Saling ketergantungan (interdependence), watak dan karakter manusia ini adalah ketika rakyat Indonesia telah mencapai masyarakat sosialisme ala Indonesia dan membangun dunia baru dari penindasan dan penghisapan manusia dan bangsa lain.

Kemenangan Pribadi

Untuk menggantikan jiwa individualisme menjadi jiwa Marhaenis, maka seorang kader Marhaenis harus bisa merubah dari dalam sendiri, sebab faktor dalam sangat menentukan sedangkan faktor luar menentukan juga tetapi tidak menentukan. Contoh, telur ayam agar bisa menjadi ayam, yang paling menentukan adalah bibit telur yang ada didalam, sedangkan suhu adalah faktor luar yang menentukan juga tetapi tidak menentukan.

Untuk melepaskan watak dan karakter ketergantungan, seorang kader harus memulai dari diri sendiri untuk mencapai watak dan karakter yang merdeka dan mandiri. Tuhan telah memberikan 4 anugerah manusia yang unik yaitu IMAJINASI, SUARA HATI, KEHENDAK BEBAS DAN KESADARAN DIRI. Dari 4 anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia harus dimanfaatkan penuh untuk menciptakan kemenangan pribadi. Ada 3 kebiasaan kader untuk menciptakan watak dan karakter yang mandiri dan merdeka, yaitu :

  1. proaktif
  2. merujuk pada tujuan akhir
  3. ambeg parama arta

Proaktif

Kata proaktif bahwa sebagai manusia, kita bertanggungjawab atas hidup kita sendiri. Perilaku kita adalah fungsi dari keputusan kita, bukan kondisi kita. Kita mempunyai inisiatif dan tanggungjawab untuk membuat segala sesuatu terjadi. Lihatlah kata responsibility (tanggungjawab) –berasal dari kata ”response-ability”—kemampuan untuk memilih respons anda. Orang yang sangat proaktif mengenali tanggungjawab itu. Mereka tidak menyalahkan keadaan, kondisi, atau pengkondisian untuk perilaku mereka. Perilaku mereka adalah produk dari pilihan sadar mereka yang berdasarkan realita yang ada, pilihan yang berdasarkan perasaan mereka. Pernahkan kita berpikir bahwa Tuhan telah menganugerahkan kepada manusia sebuah kesadaran diri yang tidak dipunyai oleh makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Didalam keadaan diam kita bisa bertanya atau berbicara didalam hati kita, inilah yang dinamakan suara hati. Kita tidak pernah mengetahui hati orang lain, hanya manusia tersebutlah yang mengetahui hatinya sendiri.

Orang yang reaktif seringkali dipengaruhi oleh lingkungan fisik mereka. Jika cuaca bagus, mereka merasa senang. Jika tidak, cuaca itu mempengaruhi sikap mereka dan prestasi kerja mereka. Orang yang proaktif dapat mengatur cuaca mereka sendiri. Entah dari hujan atau cerah tidak ada bedanya bagi mereka. Mereka digerakkan oleh nilai; dan jika nilai mereka adalah untuk menghasilkan kerja yang berkualitas, maka nilai ini bukanlah suatu fungsi dari cuaca yang menyokong atau tidak. Orang yang reaktif juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial mereka, oleh ”cuaca sosial.” Ketika orang memperlakukan mereka dengan baik, mereka merasa senang; jika orang tidak memperlakukan mereka dengan baik, mereka merasa senang; jika orang tidak memperlakukan mereka dengan baik, mereka menjadi defensif atau protektif. Orang yang reaktif membangun emosional mereka disekitar perilaku orang lain, memberi kekuatan pada kelemahan orang lain untuk bisa mengendalikan mereka.

Orang yang proaktif tetap dipengaruhi oleh stimulus luar, entah fisik, sosial, atau psikologis. Namun, respons mereka terhadap stimulus tersebut, sadar atau tidak sadar, didasarkan pada pilihan atau respons yang berdasarkan nilai tertentu.

Melalui anugerah manusia berupa kesadaran diri dan suara hati, kita menjadi sadar akan kelemahan wilayah, wilayah yang perlu diubah atau dihapus dari hidup kita. Lalu, ketika mengenali dan memanfaatkan imajinasi dan kehendak bebas kita untuk bertindak berdasarkan kehendak itu –membuat janji, menetapkan tujuan, dan setia terhadap janji dan tujuan tadi– kita membangun kekuatan karakter, yang memungkinkan terjadinya semua hal positif yang lain dalam hidup kita.

Disinilah kita menemukan dua cara untuk membuat diri kita langsung mengendalikan hidup kita. Kita dapat membuat janji –dan memenuhinya. Atau kita dapat menetapkan tujuan– dan berusaha mencapainya. Ketika kita membuat dan memenuhi komitmen, bahkan komitmen yang kecil sekalipun, kita mulai menegakkan integritas diri yang memberi kita kesadaran akan kontrol diri dan keberanian serta kekuatan untuk menerima lebih banyak tanggungjawab atas kehidupan kita sendiri. Dengan membuat dan memenuhi janji pada diri sendiri dan orang lain, sedikit demi sedikit kehormatan kita menjadi lebih besar dibandingkan suasana hati kita.

Kekuatan untuk membuat dan memenuhi komitmen pada diri sendiri adalah inti dari pengembangan kebiasaan dasar yang efektif. Pengetahuan, keterampilan, dan keinginan semuanya ada dalam kendali kita. Kita dapat melatih yang mana saja untuk meningkatkan keseimbangan dari ketiganya. Sewaktu bidang titik temu menjadi lebih besar, kita semakin dalam menghayati prinsip-prinsip yang menjadi dasar dari kebiasaan dan menciptakan kekuatan karakter untuk menggerakkan kita dengan cara yang seimbang ke arah peningkatan efektivitas hidup kita. Yang pasti kebiasaan proaktif adalah prinsip visi pribadi dimana “Anda adalah pembuat program, Andalah yang bertanggungjawab”.

Merujuk Pada Tujuan Akhir

Merujuk pada tujuan akhir berarti memulai dengan pengertian yang jelas tentang tujuan anda. Hal ini berarti mengetahui kemana anda akan pergi sehingga anda sebaiknya mengerti dimana anda berada sekarang dan dengan begitu anda tahu bahwa langkah-langkah yang anda ambil selalu berada pada arah yang benar. Yang pasti kebiasaan merujuk pada tujuan akhir adalah prinsip kepemimpinan pribadi dimana yang anda lakukan adalah “Tulis programnya”. Kebiasaan ini didasarkan pada IMAJINASI (kemampuan untuk membayangkan, untuk melihat potensi, untuk menciptakan pikiran kita apa yang tidak dapat kita lihat sekarang ini dengan mata kita) dan SUARA HATI (kemampuan untuk mendeteksi keunikan diri kita sendiri dan pedoman, moral, dan etis pribadi yang ingin kita memenuhinya dengan gembira). Kebiasaan ini merupakan kontak yang dalam dengan paradigma dasar kita dan nilai serta visi tentang dapat menjadi apakah kita nantinya.

Untuk lebih jelas apa yang dimaksud dengan merujuk pada tujuan akhir adalah contoh sebagai berikut. Dalam pikiran anda, lihatlah diri anda sedang pergi ke pemakaman orang yang anda kasihi. Gambarkan diri anda mengemudikan mobil menuju rumah duka, memarkir mobil dan keluar. Ketika anda berjalan memasuki gedung, anda melihat bunga-bunga dan mendengar suara tahlil atau musik organ yang lembut. Anda melihat wajah-wajah teman dan keluarga yang anda lewati. Anda merasakan penderitaan bersama keluarga yang anda lewati. Anda merasakan penderitaan bersama karena kehilangan, senang karena pernah kenal, yang memancar dari hati orang orang-orang yang ada di sana.

Sementara anda berjalan ke depan ruangan dan melihat ke dalam peti jenazah, anda tiba-tiba berhadapan muka dengan diri anda sendiri. Semua orang ini datang untuk menghormati anda, untuk mengekspresikan perasaan cinta dan penghargaan untuk hidup anda.

Ketika anda mengambil tempat duduk dan menunggu upacara dimulai, anda melihat daftar acara di tangan anda. Akan ada empat orang pembicara. Yang pertama berasal dari keluarga anda, keluarga dekat dan juga kerabat. Pembicara kedua adalah salah seorang dari teman-teman anda, seseorang yang adapat memberikan pengertian tentang bagaimanakah anda sebagai pribadi. Pembicara ketiga berasal dari pekerjaan atau profesi anda. Dan yang keempat adalah dari masid/gereja anda atau organisasi masyarakat dimana anda terlibat didalamnya.

Sekarang berpikirlah dalam-dalam. Apa yang anda ingin agar dikatakan oleh masing-masing pembicara ini tentang diri anda dan ehidupan anda? Suami, istri, ayah, ibu macam apa yang anda harapkan tercermin dari kata-kata mereka? Teman, sepupu macam apa? Teman macam apa? Rekan sekerja macam apa? Kawan-kawan Marhaenis yang sudah berjuang bersama-sama sampai anda mendahului mereka?

Karakter apa yang anda ingin mereka pernah lihat dalam diri anda? Apa kontribusi, prestasi yang anda ingin agar mereka ingat? Lihat dengan cermat orang-orang di sekeliling anda. Perbedaan apa yang anda ingin pernah anda buat dalam kehidupan mereka? Luangkan waktu beberapa menit untuk mencatat kesan anda. Ini akan sangat meningkatkan pemahaman pribadi anda mengenai kebiasaan merujuk pada tujuan akhir.

Ambeg Parama Arta

Ambeg Parama Arta atau pandai mendahulukan apa yang penting, adalah selalu merupakan cita-cita luhur yang merangsang hati sanubari Rakyat dan Bangsa Indonesia sejak dahulu kala! Ambeg Parama Arta adalah selalu merupakan rangsang hebat dalam tiap-tiap kalbu putera Indonesia, untuk mengejar kesempurnaan budi dan karya dalam melaksanakan tugas hidupnya! Ambeg Parama Arta adalah hiasan molek dari WATAK LUHUR Bangsa Indonesia sejak dahulu kala, sifat adi daripada KARAKTER INDONESIA, yang seperti tadi telah saya katakan kini harus kita bangun kembali, setelah sekian lamanya diinjak-injak harus kita bangun kembali, setelah sekian lamanya diinjak-injak oleh imperialisme dengan praktek-praktek penjajahan (Sukarno, “Ambeg Parama Arta”! Bandung, 15 Mei 1963).

Kebiasaan proaktif mengatakan, “Andalah si pencipta. Andalah yang bertanggungjawab.” Kebiasaan ini didasari empat anugerah manusia yang unik yaitu imajinasi, suara hati, kehendak bebas, dan khususnya, kesadaran diri. Kebiasaan ini menguatkan anda untuk berkata, “Hal itu adalah program yang tidak sehat yangn diberikan kepada saya sewaktu kanak-kanak, dari cermin sosial saya. Saya tidak menyukai naskah yang tidak efektif itu. Saya dapat berubah.” Kebiasaan merujuk pada tujuan akhir adalah ciptaan pertama atau mental. Kebiasaan ini didasarkan pada IMAJINASI (kemampuan untuk membayangkan, untuk melihat potensi, untuk menciptakan pikiran kita apa yang tidak dapat kita lihat sekarang ini dengan mata kita) dan SUARA HATI (kemampuan untuk mendeteksi keunikan diri kita sendiri dan pedoman, moral, dan etis pribadi yang ingin kita memenuhinya dengan gembira). Kebiasaan ini merupakan kontak yang dalam dengan paradigma dasar kita dan nilai serta visi tentang dapat menjadi apakah kita nantinya. Kebiasaan ambeg parama arta adalah ciptaan kedua, ciptaan fisik. Kebiasaan ini adalah pemenuhan, aktualisasi, kemunculan wajar dari kebiasaan 1 dan 2. ia merupakan latihan KEHENDAK BEBAS yang berpusat pada prinsip. Ia merupakan pelaksanaan hari demi hari, saat demi saat. Kebiasaan ambeg parama arta ini adalah prinsip manajemen pribadi.

Kehendak bebas adalah kemampuan untuk mengambil keputusan dan membuat pilihan serta bertidak sesuai dengan keputusan dan pilihan tersebut. Kehendak bebas adalah kemampuan untuk bertindak dan bukannya menjadi sasaran tindakan, untuk secara proaktif melaksanakan program yang telah kita kembangkan melalui ketiga anugerah yang lain.

Tingkat sejauh mana kita telah mengembangkan kehendak bebas kita dalam kehidupan kita sehari-hari diukur melalui integritas pribadi kita. Integritas pada hakikatnya adalah nilai yang kita berikan pada diri kita sendiri. Ia merupakan kemampuan untuk dan memenuhi komitmen pada diri kita sendiri, untuk ”menjalankan apa yang kita katakan.” integritas adalah kehoramatan pada diri sendiri, suatu bagian fundamental dari karakter, inti dari pertumbuhan proaktif.

Manajemen yang efektif mendahulukan yang utama. Sementara kepemimpinan memutusakan apa saja ”hal-hal yang utama” itu, manajemenlah yang mendahulukan halhal tersebut, hari demi hari, saat demi saat. Manajemen adalah disiplin dalam melaksanakannya. Dengan kata lain, jika anda seorang manajer yang efektif bagi diri anda sendiri, disiplin berasal dari dalam; hal ini adalah suatu fungsi dari kehendak bebas anda. Anda mempunyai kehendak, integritas, untuk menomorduakan perasaan, impuls, susana hati anda setelah nilai-nilai tersebut.

Dalam buku ”The Common Denominator of Success,” yang ditulis oleh E. M. Gray. Ia menghabiskan hidupnya mencari satu denominator yang dimiliki oleh semua orang yang berhasil. Ia mendapatkan bahwa hal itu bukanlah kerja keras, nasib baik, atau hubungan manusia yang baik, walaupun itu semua memang penting. Satu-satunya faktor yang tampaknya lebih penting dari semua itu mewujudkan kebiasaan ambeg parama arta (mendahulukan yang utama).

Kemenangan Publik

Soekarno :

Sebelum pindah ke bidang kemenangan publik, kita harus ingat bahwa saling ketergantungan yang efektif hanya dapat dibangun diatas dasar kepercayaan yang tulus. Kemenangan pribadi mendahului kemenangan publik adalah aljabar mendahului kalkulus.

Ada 3 kebiasaan yang harus dijalankan untuk mencapai watak dan karakter saling ketergantungan, yaitu :

  1. kebiasaan berpikir menang/menang
  2. kebiasaan berusaha mengerti terlebih dahulu baru dimengerti
  3. kebiasaan wujudkan sinergi

Berpikir Menang-menang

Berpikir menang/menang adalah prinsip kepemimpinan antarpribadi. Ia memerlukan latihan pada masing-masing anugerah manusia yang unik –kesadaran diri, imajinasi, suara hati dan kehendak bebas—dalam hubungan kita dengan orang lain. Ia melibatkan usaha belajar bersama, pengaruh timbal balik dan keuntungan bersama. Prinsip ini dimulai dengan karakter dan bergerak ke arah hubungan, dan darinya mengalir kesepakatan. Kesepakatan ini dipelihara dalam lingkungan dimana struktur dan sistem didasarkan pada menang/menang. Dan ini memerlukan proses; kita tidak dapat mencapai tujuan menang/menang dengan sarana menang/kalah atau kalah/menang.

Menang/menang bukanlah teknik kepribadian, melainkan paradigma total interaksi mansia. Menang/menang berasal dari karakter Integritas, kematangan (keseimbangan antara keberanian dan tenggang rasa) dan mentalitas kelimpahan (ada banyak diluar sana untuk semua orang). Menang/menang tumbuh dari hubungan dengan kepercayaan tinggi. Menang/menang diwujudkan dalam kesepakatan yang secara efektif menjelaskan dan mengatur harapan dan pencapaian. Menang/menang tumbuh subur didalam sistem yang mendukung. Dan menang/menang dicapai melalui proses yang kita sekarang siap untuk mengkajinya secara lebih lengkap pada kebiasaan berusaha mengerti terlebih dahulu baru mengerti dan kebiasaan wujudkan sinergi. Intinya tidak mungkin ada persahabatan tanpa kepercayaan, dan tidak ada kepercayaan tanpa integritas. Tanpa kepercayaan yang terbaik yang dapat kita lakukan Cuma berkompromi; tanpa kepercayaan, kita tidak mempunyai krerdibilitas untuk belajar dan komunikasi yang terbuka dan timbal balik serta kreativitas yang riil. Karena kita saling percaya maka kitapun saling terbuka antara satu sama yang lain.

Berusaha Mengerti Terlebih Dahulu Baru Dimengerti

Berusaha untuk mengerti memerlukan tenggang rasa; berusaha untuk dimengerti membutuhkan keberanian. Menang/menang memerlukan kadar yang tinggi dari keduanya. Jadi, didalam situasi saling ketergantungan penting sekali bagi kita untuk dimengerti. Kebiasaan berusaha mengerti terlebih dahulu baru dumengerti adalah prinsip komunikasi empatik.

Orang Yunani mempunyai filosofi hebat yang terwujud dalam tiga kata yang disusun secara berurutan : ETHOS, PATHOS, dan LOGOS. Ethos adalah kredibilitas pribadi anda, kepercayaan yang orang miliki akan integritas dan kecakapan anda. Pathos adalah sisi empatik, yaitu perasaan. Ini berarti bahwa anda selaras dengan pedalaman emosional dari komunikasi orang lain. Logos adalah logika, bagian penalaran dari presentasi.

Perhatikan urutannya : ethos, pathos, logos—karakter anda, dan hubungan anda dan kemudian logika presentasi anda. Ini mewakili satu lagi perubahan paradigma yang besar. Kebanyakan orang, dalam membuat presentasi, langsung menuju logos, logika otak kiri, dari gagasan mereka. Mereka berusaha meyakinkan orang lain akan keabsahan logika itu tanpa lebih dahulu mempertimbangkan ethos dan pathos. Pascal mengatakan ”Hati memiliki akalnya sendiri yang tidak dikenal oleh akal.”

Berusahalah lebih dahulu untuk mengerti. Sebelum masalah muncul, sebelum anda berusaha mengevaluasi dan membuat resep, sebelum Anda mencoba menyajikan gagasan anda sendiri. Berusahalah untuk mengerti. Ketika kita benar-benar mengerti satu sama lain secara mendalam. Kitapun membuka pintu bagi solusi kreatif dan alternatif ketiga. Perbedaan kita tidak lagi menjadi batu sandungan bagi komunikasi dan kemajuan. Sebagai gantinya, perbedaan tersebut malah menjadi batu loncatan bagi sinergi.

Wujudkan Sinergi

Sinergi adalah kerja tim, pembinaan tim, pengembangan kesatuan dan kreativitas dengan manusia lain. Sinergi adalah prinsip kerjasama kreatif. Anda dapat menjadi sinergistik dalam diri anda bahkan di tengah lingkungan yang sangat bermusuhan. Anda tidak perlu memasukkan ke adalam hati hinaan yang anda alami. Anda dapat mengelak enrgi yang negatif; anda dapat mencari hal yang baik dalam diri orang lain dan memanfaatkan kebaikan itu, bagaimanapun berbedanya, untuk memperbaiki sudut pandang anda dan meluaskan perspektif anda.

Anda dapat menggunakan keberanian dalam situasi saling tergantung untuk menjadi terbuka, mengekspresikan gagasan anda, perasaan anda, dan pengalaman anda dengan cara yang akan mendorong orang lain menjadi terbuka pula. Anda dapat menghargai perbedaan dalam diri orang lain. Ketika seseorang tidak setuju dengan anda, anda dapat mengatakan, ”Bagus! Anda melihatnya dengan cara yang berbeda.” Anda tidak perlu setuju dengan mereka; anda dapat sekedar meneguhkan mereka. Dan anda dapat berusaha untuk mengerti.

Ketika anda melihat hanya dua alternatif –alternatif anda dan alternatif yang salah—anda dapat mencari alternatif ketiga yang sinergistik. Hampir selalu ada alternatif ketiga, dan jika anda bekerja dengan filosofi menang/menang dan benar-benar berusaha untuk mengerti, anda biasanya dapat menemukan solusi yang akan lebih baik bagi semua pihak yang berkepentingan.

Prinsip Pembaruan Diri Yang Seimbang

Prinsip pembaruan diri yang seimbang adalah kebiasaan selalu meluangkan waktu untuk mengasah gergaji. Kebiasaan ini melingkupi kebiasaan-kebiasaan lain pada paradigma Tujuh Kebiasaan karena ia adalah kebiasaan yang menjadikan semua kebiasaan lain mungkin. Kebiasaan ini memelihara dan meningkatkan aset terbesar yang anda miliki, yaitu diri anda. Kebiasaan ini memperbarui keempat dimensi alamiah anda –fisik (olahraga, nutrisi, manajemen stres), spiritual (penjelasan nilai dan komitmen, studi dan meditasi) mental (membaca, visualisasi, perencanaan, menulis), dan sosial/emosional (pelayanan, empati, sinergi, rasa aman intrinsik).

Pembaruan yang seimbang akan sinergistik secara maksimum. Hal-hal yang anda kerjakan untuk mengasah gergaji pada dimensi apapun memiliki dampak positif pada dimensi-dimensi lain karena mereka berhubungan sangat erat satu sama lain. Kesehatan fisik anda mempengaruhi kesehatan mental anda; kekuatan spiritual anda mempengaruhi kekuatan sosial/emosional anda. Ketika anda meningkat pada salah satu dimensi, anda juga meningkatkan kemampuan anda pada dimensi-dimensi yang lain.

Ketika anda memperbarui dimensi fisik anda, anda akan mengukuhkan visi pribadi anda (kebiasaan proaktif), paradigma kesadaran diri dan kehendak bebas anda, proaktivitas, mengetahui bahwa anda bebas untuk bertindak dan bukan menjadi sasaran tindakan, untuk memilih respons anda sendiri terhadap stimulus apa pun. Ketika anda memperbarui dimensi spiritual anda, anda mengukuhkan kepemimpinan pribadi anda (kebiasaan merujuk pada tujuan akhir). Anda meningkatkan kemampuan anda untuk hidup dari imajinasi dan suara hati anda dan bukan hanya ingatan anda, untuk mengerti secara mendalam paradigma dan nilai anda yang paling dalam, untuk menciptakan dalam diri anda sebuah pusat prinsip yang benar, untuk mendefinisikan misi unik anda dalam hidup, untuk menuliskan ulang naskah diri anda dalam menjalani kehidupan anda selaras dengnan prinsip yang benar dan untuk memanfaatkan sumber kekuatan pribadi anda. Kehidupan pribadi yang kaya yang anda ciptakan dalam pembaruan spiritual membuat deposito yang besar pada rekening rasa aman pribadi anda.

Ketika anda memperbarui dimensi mental anda, anda mengukuhkan manajemen pribadi anda (kebiasaan ambeg parama arta). Ketika anda membuat rencana, anda memaksa pikiran anda dan aktivitas anda untuk memaksimumkan pemakaian waktu dan energi anda, dan anda menorganisir dan melaksanakan aktivitas anda sekitar prioritas anda. Ketika anda terlibat dalam pendidikan yangn berkesinambungan, anda meningkatkan dasar pengetahuan anda dan anda akan meningkatkan pilihan anda. Rasa aman ekonomi anda tidak terletak pada pekerjaan anda, melainkan terletak pada kekuatan anda sendiri untuk berproduksi (untuk berpikir, belajar mencipta, beradaptasi).

Kemenangan pribadi harian (minimun satu jam sehari pada pembaruan dimensi fisik, spiritual, dan mental) adalah kunci untuk perkembangan tujuh kebiasaan. Hal ini juga merupakan fondasi untuk kemenangan publik harian. Sumber rasa aman intrinsik yang anda perlukan untuk mengasah gergaji pada dimensi sosial/emosional. Ini memberi kekuatan pribadi untuk fokus pada situasi saling ketergantungan (untuk melihat orang lain melalui paradigma mentalitas kelimpahan, untuk secara tulus menghargai perbedaan mereka dan untuk bahagia atas keberhasilan mereka). Ia memberi pondasi untuk mengusahakan pemahaman yang murni solusi Menang/menang yang sinergetik, untuk mempraktekkan kebiasaan berpikir menang/menang, berusaha mengerti terlebih dahulu baru dimengerti dan mewujudkan sinergi didalam realitas kesalingtergantungan.

III. Lima Tata Nilai Kaum Marhaenis

Tata nilai kaum Marhaenis merupakan watak dan karakter kaum Marhaenis didalam mengatur hubungan antar kader Marhaenis dalam organisasi Marhaenis. Adapun nilai-nilai tersebut adalah :

1. Bersikap jujur;
2. Bersatu;
3. Berdisiplin;
4. Bersetia-kawan; dan
5. Berkorban.

Kaum Marhaenis harus senantiasa mengutamakan dan menanamkan kejujuran sebab dengan jujur terhadap satu sama lain, akan mudah dicapai persatuan melalui suatu perjuangan. Persatuan itu sendiri bergerak dan berkembang sehingga terjadi ketidaksatuan dalam persatuan yang perlu diperjuangkan lagi untuk mencapai persatuan kembali, demikian seterusnya, sehingga menurut hukumnya persatuan itu relatif dan perjuangan itu mutlak untuk mencapai persatuan.

Hasil perjuangan dalam persatuan itu adalah mengkikis sesuatu yang usang dan menumbuhkan yang baru dan maju, sedangkan pertumbuhan dari yang maju, pasti mendapat perlawanan dari yang usang. Hukum itu juga berlaku bagi kaum Marhaenis, kongkritnya hasil perjuangan dalam persatuan itu menelorkan keputusan yang harus ditaati dan dilaksanakan tanpa pamrih.

Inilah disiplin, sebab "dedication of life" tidak mungkin dijalankan tanpa disiplin. Arti disiplin yang berasal dari perkataan disipel adalah murid, penganut atau apostee. Jadi disiplin adalah keputusan yang harus dilaksanakan oleh penganut-penganutnya. Berdasarkan ulasan ini, terang bahwa disiplin kaum Marhaenis bukannya suatu "Kadaver Discipline", bukannya "disiplin mati", dan seorang Marhaenis bukannya "manusia robot", tapi seorang Marhaenis adalah manusia biasa yang berpandangan dunia Materialisme Dialektik dan Histori (MDH).

Disiplin kaum Marhaenis :

1. Disiplin Waktu

2. Disiplin Komunikasi

3. Disiplin Bicara

4. Disiplin Berpikir

5. Disiplin Bertindak

Bagi kaum Marhaenis, disiplin dimaksud untuk menyelenggarakan pekerjaan dengan tepat dan baik. Dan suatu pekerjaan baru dapat diselenggarakan dengan tepat dan baik kalau disertai dengan kesetia-kawanan atau solidaritas, dan untuk kesetia-kawanan harus berani berkorban, sebab tanpa berani berkorban menundukan kepentingan pribadi bagi kepentingan umum tidak akan mungkin tercapai solidaritas, tidak akan mungkin tercipta persatuan dan kesatuan antara yang memimpin dan yang dipimpin. Itulah sekedar uraian tentang tata nilai kaum Marhaenis.

Berdasarkan tata nilai kaum Marhaenis itu diterapkan pelaksanaan "Demokrasi Terpimpin", yaitu terpimpin yang didasarkan kepada demokrasi dan demokrasi yang dipusatkan, dimana dipadukan pertanggungan-jawab kolektif dengan pertanggungan-jawab perseorangan.

Berdasarkan tata nilai kaum Marhaenis itu kita usahakan dengan sekuat tenaga untuk dalam derita, dalam kesulitan di tengah-tengah petir menyambar dan mati menghadang tetap melaksanakan "tiga satu", yaitu satu pikiran, satu hati, dan satu tujuan. Satu pikiran ialah pikiran Sukarnois, satu hati ialah hati Marhaenis, dan satu tujuan ialah perubahan fundamentil nasib Rakyat, dari hidup miskin menjadi hidup layak, dan dari "serba salah" menjadi "serba benar". Dengan landasan "tiga satu" itulah kita berusaha keras dalam menjalankan tugas, curahkan penuh pikiran kepada tugasmu dan laksanakanlah dengan baik, sebab tugas adalah suci.

IV. Tujuh Garis Kaum Revolusioner Marhaenis

Tujuh garis kaum Revolusioner Marhaenis merupakan watak dan karakter kader Marhaenis didalam mengatur hubungan dengan Rakyat Marhaen dan diluar organisasi Marhaenis. Tujuh garis kaum Revolusioner Marhaenis adalah sebagai berikut :

1. Tundukkan kepentingan pribadi bagi kepentingan umum (Probono Publico), sehingga berlaku semboyan-semboyan:

a. Organisasi Marhaenis adalah saya, tapi saya bukannya Organisasi Marhaenis;

b. Hati lebih keras daripada lapar;

c. Tak seorang, berniat pulang walau mati menanti.

2. Rakyat Marhaen adalah kreator segala keindahan, maka itu Organisasi Marhaenis mendidik anggotanya untuk cinta kepada kerja dengan slogan 3 baik:

1. bekerja baik;

2. belajar baik,

3. moral baik.

3. Dalam memimpin aksi-aksi Rakyat, Organisasi Marhaenis mendasarkan diri kepada 4 jelas :

1. jelas tuntutan;

2. jelas sandaran;

3. jelas sekutu;

4. jelas sasaran.

4. Dalam menempuh hidup supaya teguh memegang prinsip 4 kuat yaitu :

1. Kuat mencintai Rakyat, Organisasi Marhaenis dan Revolusi;

2. Kuat membenci musuh-musuh Rakyat, Organisasi Marhaenis dan Revolusi;

3. Kuat pahit dalam arti tahan dalam derita;

4. Kuat manis dalam arti tetap sederhana sewaktu berfungsi sosial penting.

5. Dalam malaksanakan solidaritas internasional supaya dipadukan patriotisme/nasionalisme dengan internasionalisme, untuk melawan jinggo nasionalisme dan sekaligus melawan kosmopolitanisme.

6. Dalam melakukan kritik dan kritik terhadap diri sendiri supaya bersikap keras terhadap diri sendiri dan bijaksana terhadap orang lain. Hal ini dimaksud supaya setiap Marhaenis teguh memegang prinsip dan luwes dalam peneterapannya.

7. Dalam menghadapi kesukaran dan kesulitan supaya berani, pandai dan waspada secara revolusioner dengan menjunjung tinggi semboyan: "senantiasa mengharap yang baik, tapi siap untuk yang paling sulit".

No comments: