Thursday, May 10, 2007

EKONOMI POLITIK KLASIK

Produksi terpenting marx selama di pembuangan adalah DAS KAPITAL. Untuk menempatkan Das Kapital dalam konteks teori-teori ekonomi masa itu, khusus di dalam apa yang dinamakan Marx sebagai ekonomi politik kalsik., di perlukan pemahaman terhadap karya-karya Adam Smith, David Ricardo dan lainnya ahli ekonomi Inggris di akhir abad ke-18 dan awal abad ke 19. Marx membangun karya dan sering merujuk pada karya mereka.

NILAI dan NILAI LEBIH

Ekonomi Politik Klasik, keberadaannya merupakan oposisi terhadap teori-teori yang beraliran merkantilistik abad ke 17 dan 18. Kaum Merkantilistik pada pokok mengutamakan perdagangan luar negeri yang dianggap Marx sebagai hal sekundair.

Sebagai pedagang, meraka berfikir tifikal kapitalis yang keuntungan datang dari membeli murah- menjual mahal. Yang selangkah lebih maju dari pandangan kaum Fisiokrat Prancis abad ke 18. Mereka ini menekankan pentingnya produksi ke banding perdagangan. Tapi mereka menganggap pertanian hanya yang benar-benar produktif. Marx mempelajari teori dan karya kaum merkantilis dan fisiokrat itu dan sewaktu-waktu merujuk pada mereka.

Suatu tema pokok dalam ekonomi Kalsik (didalam didalamnya terdapat karya kaum fsiokrat), adalah pembahasan tentang laba dan sewa dalam pengertian surplus yang datang dari produksi. Ide dasarnya dapat dilihat dalam suatu ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang, katakan jagung. Jagung lalu menjadi sebagai bahan makanan dan juga masukan bagi produksi (seperti bibit). Manakala jagung cukup diproduksi untuk mengganti bibit dan untuk memberi makan para produsennya, maka setiap kelebihan adalah Surplus, yang menggelantungkan diri pada mereka (tentara, pegawai, pendeta dan lain sebagainya).

Pertanyaan yang menarik disini ialah, bagaimana maka surplus itu jatuh ketangan klas penguasa? Eksistensi surplus yang fisikal itu, sudah tentu tak dipersoalkan lagi, karena surplus itu dapat dinikmati para produsen sendiri. Smith, Ricardo dan Marx, semua memberi jawaban yang sama terhadap pertanyaan itu. Didalam suatu masyarakat kapitalis, surplusnya direbut oleh para pemilik kekayaan, karena mereka cukup kaya untuk membeli alat-alat produksi yang diperlukan (tanah, bibit jagung, dalam contohnya yang sederhana) sedangkan para pekerja tidak dapat berproduksi dengan kemampuannya sendiri dan karena itu harus menerima upah apa saja yang mereka dapatkan. Persaingan untuk mendapat pekerjaan membuat upah tetap saja pada batas minimum. Smith dan Ricardo menganggap hal itu sebagai alamiah dan abadi. Tapi Marx menganggapnya sebagai hal yang sementara karena perkembangan masyarakat.

Persoalan selanjutnya haruslah dipertimbangkan. Didalam sistem kapitalis, berbagai barang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan tertentu. Setiap perusahaan mengeluarkan uang pembeli alat dan bahan produksi, membayar upah dan menutup pengeluarannya denga menjual produknya. Seseorang dapat saja berbicara tentang surplus fisikal untuk keseluruhan sistem, tapi tidak untuk satu-satu perusahaan. Laba perusahaan tertentu bergantung pada biaya yang ia keluarkan dan harga yang ia peroleh. Harga barang dapat berubah dari minggu ke minggu atau hari-hari. Maka itu para ahli ekonomi klasik mengembangkan suatu konsep harga normal atau alamiah, atau nilai dari suatu barang. Surplus yang masuk kepada para kapitalis atau pemilik tanah sebagai nilai lebih adalah kelebihan nilai yang dihasilakan diatas nilai yang diserap oleh biaya-biaya, termasuk upah. Suatu teori nilai lebih punya dua unsur: suatu teori nilai dan penjelasan bagaimana surplus itu disadaap dari para pekerja dan dipindahkan kepada para pemilik kekayaan.

ADAM SMITH

Adam Smith, pengarang dari "THE WEALTH OF NATIONS" (1776) pada umumnya diakui sebagai pendiri ekonomi politik klasik. Ia memberi tekanan khusus pada pembagian kerja sebagai penyebab peningkatan produktivitas dan kesejahtraan. Pembagian kerja memungkinkan setiap produsen berspesialisasi dan melakukan pekerjaan-pekerjaan khusus yang lebih efisien. Tapi dibatasi oleh luasanya pasar, karena pasar kecil tidak menyediakan ruang bagi spesialisasi. Begitu kekayaan dan populasi bertumbuh, cara transprortasi berkembang maju, dan pasar juga berkembang luas, kesemuanya lalu memungkinkan pembagian kerja lebih terperinci. Dan dengan begitu penghasilan kekayaan semakin besar. Pertumbuhan ekonomi adalah proses akumulatif dimana setiap langkah dari perluasan pasar mneyediakan basis untuk pertumbuhan selanjutnya.. Marx menemukan ide tentang proses perkembangan ekonomi terus-menerus dari Smith dan menjadikannya landasan bagi analisanya tentang Kapitalisme.

Harga alamiah setiap produk, menurut Smith adalah sedemikian rupa sehingga ia menutup pengeluaran-pengeluaran untuk upah dan sewa serta menghasilkan laba pada rate pasar yang berjalan. Ia punya analisa pasar yang laur biasa baiknya. Tenaga -tenaga pasar cenderung membawa harga ke garis harga yang alamiah. Manakala harga pasar tinggi, laba akan tinggi. Para produsen akan ditarik ke wilayah bisnis. Suplai dengan demikian juga akan mekar, sedang harga akan ditarik turun kembalili. Sebegitu jauh dan baik, maka Marx telah mengambil banyak dari analisis itu.

Perlakuan Smith terhadap penentuan upah, laba dan sewa lebih banyak dipersoalkan. Nilai, katanya, ditentukan dengan mempertambahkan upah, laba dan sewa. Pada waktu bersamaan, katannya pula, upah, laba dan sewa tergantung pada jumlah keseluruhan nilai yang telah dihasilakan. Dan nilai akan ditemukan dengan membagi mereka. Argumentasinya memutar. Teori Smith tentang laba bagaimanapun sangatlah lemah. Katanya, laba ditentukan oleh atau melalui 'kompetisi' tapi ia tidak menyediakan analisis yang koheren bagaimana itu terjadi.

DAVID RICARDO

David Ricardo, seorang pedagang surat-surat berharga dan anggota parlemen Inggris adalah seorang tokoh lainnya dari dunia ekonomi politik klasik. Karyanya 'PRINCPLES of POLITICAL ECONOMY and TAXATION' - Prinsip-prinsip ekonomi politik dan pajak - adalah suatu upaya untuk memilah-milah kerangka dasar pemikiran Adam Smith dari kekalutan.

Nilai komoditi menurut Ricardo, ditentukan oleh seberapa banyak tenaga kerja diperlukan untuk menghasilkannya. (dengan beberapa pengecualian, lihat dibawah ini). Suatu perubahan upah, tidak akan merubah nilainya. Tapi merubah sebagian dari nilai yang dihasilkan dan yang akan menunjang upah sebagai lawan laba. Jika upah naik, maka laba menurun. Namun jumlahnya tetap sama. Nilai dari hasil -output - dapat dukur secara bebas dengan cara bagaimana ia dibagi-bagi.

Sesudah mengetahui prinsip ini, kesukaran masih tetap. Pengembalian dari uang yang ditanam, mestilah sama untuk bermacam-macam industri. Sebab, jika tidak, kapital akan mengalir kepada yang lebih menguntungkan seperti juga keterangan Smith. Dimanapun jumlah besar kapital ditanam, ia punya sangkut paut dengan para pekerja yang dipekerjakan, semakin tinggi pula pembagian laba. Maka itu diperlukan harga yang lebih tinggi supaya ia menghasilkan pengembalian kapital yang layak. Harga-harga, karenanya tidak dapat seimbang dengan permintaan tenaga kerja. Ricardo mengakhiri keterangannya dengan alasan bahwa nilai, sebagian besarnya ditentukan oleh tenaga kerja dan bersandar kembali pada posisi dan pandangan Smith.

Marx mengkritik Ricardo atas kegagalannya dalam hal ini dan memberikan pemecahannya sendiri, dengan melibatkan sikapnya terhadap nilai dan harga alamiah (harga produksi dalam istilah Marx) sebagai hal-hal yang sangat berbeda. Nilai ditentukan oleh kerja yang terkandung di dalam produksi, sebagai suatu definisi. Upah dan Laba ditentukan oleh atau dengan membagi nilai yang diproduksi seluruh ekonomi. Dan harga produksi ditentukan dengan menambahkanlaba dan upah untuk setiap barang secara terpisah, demikian menurut Smith. Sedang sirkulasi ia hindari (Walaupun pemecahan yang diajukan Marx, menimbulkan masalah sendiri).

Masalah sewa tetap tinggal sebagai hal yang harus dijelaskan. Menurut Ricardo, sewa itu timbul karena berbagai bidang tanah dengan bermacam taraf kesuburan. Harga produk pertanian haruslah cukup tinggi, agar tanah yang paling buruk dapat menghasilkan laba bagi petani didalam rate yang berlaku. Karena, jika tanah tidak menguntungkan, ia tidak akan ditanami. Dan tanah yang lebih baik yang akan menentukan sewa, karena petani akan bersaing untuk menggunakannya. Sedang si pemilik tanah dapat meminta sewa yang demikian. Marx mengambil oper teori ini, mengembangkannya dan mengolahnya secara tersendiri samapi pada bagian-bagian akhir das Kapital, walau ia menganggapnya sebagai masalah kedua.

Marx menganggap Smith dan Ricardo sebagi perwakilan terbaik dari dunia ekonomi politik. Sesudah Ricardo, para ahli ekonomi jika tidak menyalin ide-idenya, merka hanya cenderung untuk menekankan pentingnya suplai dan permitaan sebagi penentuan harga. Mereka tidak menceritakan kisah-kisah yang masuk akal mengenai pasar-pasar tertentu, tapi meninggalkannya tanpa analisis yang koheren tentang upah, laba dan sewa bagi keseluruhan sistem. Marx menamakan mereka itu sebagai ekonom vulgar dan memperlakukan mereka semaunya. Sebenarnya, adalah mungkin untuk memberikan perhitungan yang koheren bagi kesluruhan sistem ekonomi dalam pengertian suplai dan permitaan, seperti yang telah diperlihatkan Walras pada 1870-an. Tapi ketika itu kesehatan Marx jatuh dan tidak sempat memperlihatkan karya-karya Walras. Marx mungkin saja tidak setuju seandainya ia tahu it.

UANG

Demi kelengkapan, diperlukan suatu pembicaraan singkat mengenai ekonomi keuangan yang berkembang dalam isolasi relatif dari teori-teori nilai dan nilai lebih. Uang dizaman Marx, didasarkan pada emas (paling sedikit di Inggris dan pusat-pusat kapitalis besar lainnya). Uang kertas telah beredar dan dapat ditukarkan dengan emas. Dan mata uang emas juga beredar. Menurut Marx, nilai uang juga langsung terkait pada nilai emas. Dan emas itu bergantung pada para pekerja yang diperlukan untuk menghasilkan emas itu. (Disaring dari tambang emas). Jadi sama dengan komoditi lain. Dalam hal ini Marx berbeda dengan teori-teori sebelum, 'teori kuantitas uang' yang mengaitkan nilai uang pada kuantitasnya dalam sirkulasi. Menurut teori itu, kuantitas yang menentukan nilainya. Menurut Marx, ia berjalan terbalik. Nilai uang yang justru menentukan kuantitasnya dalam sirkulasi.

Perdebatan mengenai keuangan di pertengahan abad ke 19 terpusat pada dampak dikeluarkannya uang kertas. Uang kertas itu bukannya tidak ditukarkan, atau tidak dapat ditukarkan kini, tetapi berjanji akan membayar. Janji ini diberikan bank perorangan yang dikeluarkannya dan dapat pula ditebus dengan emas (dalam bentuk emas). "The Currency School", adalah aliran yang lebih menyukai adanya pembatasan pengeluaran uang kertas, karena pengeluaran yang terlalu banyak akan membawa kenaikan harga yang akan diikuti krisis keuangan. "The Banking School", aliran yang tidak melihat adanya bahaya demikian. Dasar mereka ialah setiap kelebihan pengeluaran uang kertas akan kembali kepada bank yang mengeluarkannya untuk disimpan atau ditukar dengan emas. Dalam hal ini Marx mnyokong "The Banking School". Ia berpendapat bahwa krisis finansial adalah simpton dari masalah yang lebih fundamental yang tidak ada sangkutnya dengan kelebihan pengeluaran uang kertas.

No comments: